Berita  

Sri Kuntari, Penulis Asal Muaro Jambi yang Menemukan Penyembuhan Lewat Kata-Kata

Muaro Jambi 13 mei 2025– Sri Kuntari, perempuan asal Desa Talang Duku, Kecamatan Taman Rajo, Kabupaten Muaro Jambi, menjadi salah satu penulis muda yang produktif melahirkan karya-karya sastra penuh makna. Perjalanan hidupnya yang ditempa oleh berbagai pengalaman telah membentuknya menjadi sosok yang menjadikan tulisan sebagai sarana penyembuhan jiwa.

Sri Kuntari mengawali pendidikannya dari MI (Madrasah Ibtida’iyah), lalu melanjutkan ke MTS Negeri 1 Muaro Jambi dan MAN 3 Muaro Jambi. Ia kemudian menyelesaikan pendidikan tingginya di IPI-LEPPINDO (Institusi Profesi Indonesia) Jambi. Dalam perjalanan hidupnya, menulis bukan hanya hobi, melainkan cara untuk meluapkan perasaan yang sulit disampaikan lewat lisan.

“Menulis adalah salah satu proses penyembuhanku saat ini. Dengan menulis, saya dapat meluapkan segala hal yang tidak dapat disampaikan oleh lisan, tetapi dapat disampaikan lewat tulisan kepada orang banyak,” ujarnya.

Dahulu, menjadi penulis hanyalah sebuah mimpi. Namun kini, ia telah membuktikan bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Semesta, baginya, punya pola dan hukum sendiri yang tidak selalu bisa dijelaskan lewat teori.

Sejak tahun 2021 hingga 2022, Sri telah menulis lima buku antologi: Ada Cerita di Setiap Sudutnya, Lentera di Balik Kisah, My Adventure Find My Self, Jejak Aksara, dan Rain or Shine. Pada tahun 2023, ia menerbitkan buku Kita Yang Berbeda, sebuah kisah dua insan yang berbeda keyakinan namun saling terhubung dalam alur yang tak pernah benar-benar selesai.

Tahun 2024 menjadi tonggak penting bagi Sri, ketika ia menerbitkan buku solo keduanya yang berjudul Ketika Bisa Berdamai dengan Luka. Buku ini menyelami perjalanan emosional dan spiritual tentang luka, penyembuhan, serta kekuatan diri. Tak hanya menjadi refleksi, buku ini juga menjadi oase bagi banyak orang yang tengah mencari ketenangan.

“Setidaknya, masih ada mimpi yang menguatkanku untuk terus berjuang. Ada lelah yang sengaja aku tahan demi impian yang harus aku wujudkan,” tuturnya.

Pada akhir April 2025, buku Ketika Bisa Berdamai dengan Luka kembali dicetak dalam edisi kedua oleh penerbit yang sama, sebagai bentuk apresiasi atas sambutan positif dari pembaca.

“Luka yang meradang, akan kembali pulih seperti sediakala, meski tidak seutuhnya, tidak sempurna. Detak masa yang tidak bernyawa akan kembali pada garis edarnya. Dalam situasi apa pun, kamu hanya perlu bersyukur dan menghargai hidup ini, maka kamu akan menemukan ketenangan,” pungkas Sri Kuntari.

Exit mobile version