Berita  

HMI Garut INGATKAN Bupati Garut Pikirkan MULTIPLIER EFECT Proyek Reaktivasi KA Garut-Cikajang

Ketua bidang Partisipasi Pembangunan Daerah HMI Garut “Kang Pram” menyebutkan langkah nyata kembali ditunjukkan oleh tokoh nasional Dedi Mulyadi dalam mendorong pembangunan daerah melalui reaktivasi jalur kereta api Garut–Cikajang. Inisiatif ini menjadi bukti komitmennya dalam memperjuangkan konektivitas antar daerah sekaligus menghidupkan kembali denyut ekonomi masyarakat di Kabupaten garut Khususnya.

Jalur kereta Garut–Cikajang bukan sekadar rel besi yang menghubungkan wilayah, tetapi simbol sejarah dan harapan masyarakat untuk kemajuan ekonomi lokal, Reaktivasi ini akan membuka akses wisata, memperlancar sarana transportasi serta distribusi hasil pertanian, dan menciptakan peluang kerja baru bagi warga sekitar. Proyek ini merupakan bagian dari upaya strategis pelestarian infrastruktur warisan kolonial yang memiliki nilai historis tinggi, sekaligus adaptif terhadap kebutuhan transportasi masa kini.

Kehadiran kereta api sebagai moda transportasi rakyat diharapkan mampu mengurangi beban lalu lintas jalan dan menjadi alternatif yang aman, murah, serta ramah lingkungan. Hal ini menunjukan bahwa pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat agar proyek ini berjalan lancar dan memberi manfaat jangka panjang.

Maka dari itu pemerintahan daerah harus mulai memikirkan multiplier effect yang akan hadir ketika pembangunan jalur kreta api garut cikajang agar tidak menjadi pembangunan yang hanya menurunkan nilai lingkungan, mematikan pendapatan para sopir angkutan umum dan berbagai tantangan lainnya.

Reaktivasi ini bukan hanya sebagai langkah strategis dalam memperluas akses transportasi massal, tetapi juga menjadi pemicu lahirnya efek berganda (multiplier effect) yang signifikan bagi perekonomian dan sektor-sektor pendukung di Kabupaten Garut. Beberapa kemungkinan keuntungan dari pemangunan Reaktivasi KA Garut-Cikajang diantaranya :
⦁ Meningkatkan Mobilitas dan Konektivitas Wilayah
Dengan dihidupkannya kembali jalur KA sepanjang kurang lebih 30 kilometer ini, masyarakat dari wilayah selatan Garut kini memiliki alternatif transportasi yang lebih cepat, nyaman, dan terjangkau. Hal ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap moda transportasi darat lainnya, sekaligus mengurangi kemacetan dan menurunkan emisi karbon.
⦁ Mendorong Ekonomi Lokal
Reaktivasi jalur KA Garut–Cikajang diprediksi akan mendongkrak aktivitas ekonomi di sepanjang lintasan. UMKM, pedagang pasar tradisional, dan pelaku ekonomi kreatif diperkirakan akan mendapatkan manfaat langsung dari meningkatnya kunjungan masyarakat dan wisatawan. Selain itu, pengembangan kawasan stasiun sebagai pusat kegiatan ekonomi baru akan menciptakan peluang usaha dan lapangan kerja baru.
⦁ Stimulasi Sektor Pariwisata
Garut dikenal sebagai daerah dengan potensi wisata alam dan budaya yang melimpah. Jalur KA Garut–Cikajang akan memudahkan wisatawan menjangkau destinasi-destinasi unggulan seperti Perkebunan Teh Cikajang, Gunung Papandayan, hingga kawasan heritage Garut kota. Dengan akses yang lebih baik, diharapkan terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
⦁ Mendorong Pemerataan Pembangunan
Reaktivasi ini juga menjadi bagian dari strategi pemerataan pembangunan antarwilayah. Wilayah selatan Garut yang selama ini relatif tertinggal dari sisi infrastruktur, kini berkesempatan untuk tumbuh lebih cepat seiring dengan meningkatnya investasi dan perhatian dari pemerintah pusat maupun swasta.

Proyek reaktivasi jalur kereta api Garut–Cikajang sesungguhnya adalah mimpi besar yang dinantikan oleh banyak pihak—mulai dari pemerintah daerah, pelaku pariwisata, hingga masyarakat lokal yang rindu akan hadirnya transportasi publik yang layak. Namun, di balik potensi besar yang ditawarkan, proyek ini menghadapi tantangan yang tak bisa dipandang sebelah mata, seperti halnya:
⦁ Pertama, tantangan paling krusial adalah penguasaan dan pembebasan lahan. Banyak segmen jalur rel yang dulunya mati kini telah beralih fungsi menjadi permukiman warga, pasar, bahkan lahan pertanian. Relokasi atau pembebasan lahan bukan hanya soal biaya, tetapi juga soal keadilan dan pendekatan sosial yang bijak. Ketika masyarakat merasa tidak dilibatkan secara adil, resistensi akan muncul.
⦁ Kedua, terdapat hambatan dalam aspek kesiapan teknis dan perencanaan jangka panjang. Reaktivasi bukan sekadar menata kembali rel, tetapi membangun ulang sistem transportasi berbasis rel yang terintegrasi, aman, dan efisien. Minimnya studi kelayakan yang solid bisa membuat proyek ini terjebak pada romantisme masa lalu tanpa memperhitungkan kebutuhan dan dinamika mobilitas masyarakat masa kini.
⦁ Ketiga, tantangan ketersediaan anggaran dan kesinambungan politik juga tak kalah berat. Proyek semacam ini butuh investasi besar, sementara prioritas fiskal pemerintah kerap bergeser tergantung arah kebijakan. Jika tidak dijaga dengan komitmen lintas periode kepemimpinan, proyek ini bisa mangkrak seperti banyak proyek infrastruktur daerah lainnya.
⦁ Keempat, dari sisi keamanan dan lingkungan, ada tantangan nyata. Wilayah perbukitan, potensi longsor, dan kurangnya perlintasan aman bisa menjadi ancaman keselamatan bila tidak ditangani secara sistematis sejak tahap awal konstruksi.

Namun di balik segala tantangan itu, jangan lupakan bahwa proyek ini juga menyimpan harapan perubahan. Konektivitas bisa membuka akses pasar bagi petani, mendongkrak pariwisata, dan menggerakkan ekonomi wilayah Garut selatan yang selama ini tertinggal.
Jalan masih panjang, tetapi bukan berarti tak mungkin. Kuncinya ada pada keterbukaan, partisipasi publik, transparansi anggaran, dan konsistensi visi antar pemangku kepentingan. Reaktivasi KA Garut–Cikajang bukan hanya soal menghidupkan rel tua, tapi soal membuka jalan baru menuju masa depan Garut yang lebih terhubung dan berdaya.

Saya percaya, reaktivasi jalur kereta Garut–Cikajang menjadi tonggak penting dalam pembangunan infrastruktur berbasis kepentingan rakyat. Langkah ini tidak hanya menjawab kebutuhan masa kini, tetapi juga menyambung cita-cita besar untuk Indonesia yang lebih merata dan maju.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *