Pernyataan Sikap Jurnalis Independen: Catatan yang Tidak Pernah Dibiayai Negara

Jurnalis sejati adalah mereka yang paham tentang negara dan demokrasi, bukan sekadar penulis berita, melainkan pencatat sejarah yang mengabadikan setiap fase perjalanan bangsa—dalam berita, dalam buku, dan dalam ingatan kolektif rakyat. Namun hari ini, catatan-catatan itu kerap dianggap remeh.

Tulisan kami mungkin tak viral, tapi kelak akan dibaca oleh generasi penerus. Karena sejarah yang jujur hanya bisa ditulis oleh mereka yang tak berpihak, tak menjilat, dan tak menjual kebenaran.

Sejak proklamasi 17 Agustus 1945, nasib jurnalis yang jujur tak pernah menjadi prioritas negara. Tidak ada jaminan kesejahteraan, tidak ada keberpihakan anggaran, bahkan sekadar penghargaan pun sering kali nihil. Inilah yang membuat profesi jurnalis kerap dipandang sebelah mata, dan citranya terus merosot.

Kami menyayangkan pernyataan Dedi Mulyadi yang menggembar-gemborkan soal pemotongan anggaran media dari Rp50 miliar menjadi Rp3 miliar. Itu untuk media besar. Sementara kami, para jurnalis lokal dari pelosok negeri, tidak mendapatkan satu persen pun dari anggaran negara.
HarianPedia, contohnya, bergerak secara independen. Kami tidak disokong negara, namun tetap mencatat, tetap mengabarkan, tetap menuliskan kemerdekaan dari desa-desa, dari bukit-bukit, dari pelosok yang sering luput dari perhatian.

Jangan samakan kami dengan konten kreator.
Meski sama-sama memakai media digital, konten kreator mengejar algoritma dan hiburan. Kami mengejar suara masyarakat yang nyaring meski tak viral. Kami mencatat keresahan, perlawanan, harapan.

Jika mereka pejabat—menganggap tidak membutuhkan jurnalis, maka silakan saja ia mencatat dirinya sendiri sebagai sejarah.

Dan kami akan tetap menulis sejarah dari sudut pandang kami , dan catatan catatan kami tetap tersimpan rapih ,siapa yang mendukung kami akan tulis mereka ,dan siapa yang tidak mendukung kami ,kami juga akan tulis , tulisan itu abadi dan catatan kami akan terus abadi melewati jaman . Dan setiap mata kami ,kaki kami ada dimana mana dan tulisan kami tidak memandang siapapun .

Kami tetap dalam idealisme kami.
Jika hari ini kami tidak viral, gagasan kami tetap hidup.
Jika hari ini kami tidak dibayar negara, kebenaran tetap kami perjuangkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *